Site icon Informasi Pekerjaan

Lagi Butuh Pekerjaan? Pindahlah ke Jerman

Dikutip kantor berita Jerman, DPA, pada 1 Maret 2024, Menteri Pendidikan Jerman Bettina Stark-Watzinger mengungkap keringanan syarat pekerja terampil untuk masuk Jerman. Pekerja dengan gelar, pengalaman, dan keterampilan sesuai kebutuhan Jerman tidak lagi membutuhkan sertifikasi ulang untuk bekerja di Jerman.

Kemudahan itu bagian dari cara Jerman mengatasi kekurangan tenaga kerja. Berlin kini mengizinkan pekerja migran tinggal di Jerman sebelum dapat sertifikasi keterampilan di Jerman. Kebijakan baru ini diambil karena Jerman tengah bergulat dengan masalah kekurangan tenaga kerja terampil dan Jerman sangat bergantung pada pekerja migran.

Menteri Dalam Negeri Jerman Nancy Faeser dan Menteri Tenaga Kerja Hubertus Heil juga menilai perubahan ini menjadi landasan penting dalam pasar tenaga kerja nasional. ”Kami memastikan tenaga kerja terampil yang sangat dibutuhkan perekonomian Jepang selama bertahun-tahun, bisa datang ke negara kami,” kata Faeser.

Tahap pertama penerapan Undang-Undang Imigrasi Terampil yang disahkan parlemen Jerman dan berlaku mulai November 2023. UU itu mengatur pelonggaran izin tinggal untuk pekerja terampil.

Baca juga: Dari Jerman, Berikhtiar Mengibarkan Indonesia melalui Riset dan Produk Nyata

Sementara tahap kedua pemantauan penerapan UU Imigrasi Terampil. Tahap itu kini sedang berlangsung. Untuk tahap ketiga, termasuk peluang pencarian kerja baru, akan menyusul diberlakukan pada Juni mendatang.

Ketergantungan migran

Ketergantungan Jerman pada pekerja migran sangat tinggi. Hal ini ditunjukkan dari data Kantor Statistik Federal tahun 2022. Di industri kebersihan dan katering, jumlah pekerja migrannya tinggi, masing-masing 60 persen dan 46 persen.

Orang-orang berdiri dan berbincang di depan mural bertuliskan Selamat datang di Berlin dalam berbagai bahasa di pintu masuk Kantor Imigrasi di Berlin, Jerman, 10 Mei 2023.

Secara keseluruhan, 25 persen dari seluruh pekerja berusia 15-64 tahun pada 2022 memiliki latar belakang migran. Definisi migran ini mencakup siapa pun yang berimigrasi ke Jerman sejak 1950 atau warga yang kedua orangtuanya telah berimigrasi sejak 1950.

Pada 2022, proporsi kelompok penduduk ini juga berada di atas rata-rata pada sektor transportasi dan logistik (38 persen) serta konstruksi (36 persen). Di bidang pekerjaan pengasuhan, 30 persen migran berusia 15-64 tahun. Di kalangan dokter, 27 persen dan di profesi perawatan pribadi, termasuk penata rambut dan kecantikan, mencapai 36 persen.

Baca juga: Dari Jerman, Berikhtiar Mengibarkan Indonesia melalui Riset dan Produk Nyata

Sementara di kalangan penegak hukum, yakni polisi hingga pegawai pengadilan, tak banyak yang migran. Hanya ada 6 persen dari seluruh polisi dan pegawai pengadilan di Jerman. Di kalangan guru sekolah ada 11 persen migran serta di lingkup profesi perbankan dan asuransi sekitar 16 persen.

Syarat pekerja

Ke depan, imigran terampil bekerja di Jerman jika berpengalaman kerja sekurangnya dua tahun. Syarat lainnya, punya sertifikat keterampilan atau ijazah pendidikan profesional yang diakui di negara asal.

Para migran asal Timur Tengah tidur di pos pemeriksaan Kuznitsa di perbatasan antara Belarusia-Polandia, Grodno, Belarusia, Senin (22/11/2021) waktu setempat. Presiden Belarusia Alexander Lukashenko, Senin, mengecam Uni Eropa karena menolak mengadakan pembicaraan tentang masuknya pengungsi ke Polandia.

Dengan demikian, migran terampil bisa bekerja di Jerman tanpa harus mengurus sertifikasi di Jerman. Pelonggaran ini dilakukan demi memotong jalur birokrasi dan mempersingkat prosedur.

Perubahan lain dari peraturan ini ada pada ketentuan orang asing non-Uni Eropa akan diizinkan untuk bekerja paruh waktu dan akan diberikan lebih banyak waktu agar kualifikasi profesional mereka diakui jika mereka datang ke Jerman untuk keperluan pendidikan atau kursus bahasa.

Baca juga: Ekonomi Jerman dan AS Krisis, Indonesia Terkendali

Semua itu dilakukan karena Jerman, seperti sebagian negara lain di Eropa, kekurangan tenaga kerja. Institut Penelitian untuk Ketenagakerjaan (IAB) menyebutkan kekurangan tenaga kerja di Jerman ini mencapai titik tertinggi sepanjang masa.

Pengungsi dan migran, sebagian besar dari Suriah, tiba di stasiun kereta api di kota perbatasan selatan Jerman Passau pada 16 September 2015. Jerman mengalami peningkatan 28 persen dalam jumlah orang yang memperoleh kewarganegaraan.

Data IAB menunjukkan 1,74 juta posisi pekerjaan kosong di seluruh Jerman. Karena kekurangan SDM, banyak perusahaan yang terpaksa memperlambat operasional mereka.

Perusahaan berharap boleh mengisi kekosongan ini dengan tenaga profesional berkualifikasi dari luar UE. Sayangnya, sebelum ada perbaikan seperti sekarang, birokrasi memperlambat proses ini.

Baca juga: Diskriminasi Pengungsi di Eropa Kian Nyata

Jerman secara spesifik mencari tukang terampil, insinyur listrik, spesialis informasi dan teknologi, perawat, katering, dan profesional perhotelan. Di samping itu, penyedia layanan pergudangan dan penyimpanan, manufaktur di sektor makanan, peralatan pemrosesan data, mesin, manufaktur logam, bisnis ritel, perusahaan konstruksi, dan pedagang grosir juga melaporkan kekurangan tenaga kerja terampil.

Kemudahan pekerja

Deutsche Welle, 3 Januari 2024, menjelaskan ketentuan baru ini akan berbasis poin yang mempertimbangkan kualifikasi, pengalaman profesional, usia, dan keterampilan bahasa Jerman. Akan ada pula penilaian apakah calon migran punya keluarga di Jerman atau tidak. Setiap tahun, kuota pekerja migran terampil akan ditetapkan tergantung industri mana yang membutuhkan pekerja.

Ada tiga dari empat kriteria yang paling tidak harus dipenuhi untuk bisa bekerja di Jerman. Kriteria itu adalah memiliki gelar atau pengakuan pelatihan kejuruan, tiga tahun pengalaman profesional, dan keterampilan bahasa atau pernah tinggal sebelumnya di Jerman. Tidak kalah penting, usia maksimum 35 tahun.

Saat ini, sebagian besar warga non-UE harus mendapatkan tawaran pekerjaan di Jerman terlebih dahulu sebelum pindah ke Jerman. Kini, hal itu tidak wajib. Warga negara dari negara tertentu yang memiliki perjanjian bisa bisa masuk Jerman selama 90 hari bebas visa, tetapi hanya boleh bekerja jangka pendek.

Baca juga: Gelombang Pengungsi Ukraina Ungkap Diskriminasi Eropa

Ketentuan yang baru memungkinkan siapa saja untuk datang dan mencari pekerjaan atau magang saat berada di Jerman dan tidak perlu lagi melamar dari luar Jerman. Pelamar harus dapat membuktikan mereka mampu membayar biaya hidup mereka untuk sementara.

Selama masih mencari pekerjaan penuh waktu, pekerja migran terampil diizinkan bekerja hingga 20 jam per minggu. Selain itu, pekerja imigran terampil juga akan lebih mudah membawa keluarganya ke Jerman. Pemerintah Jerman berjanji mereka akan lebih mudah mendapatkan izin tinggal permanen.

Kemudahan untuk migran dipacu karena pamor Jerman sebagai tujuan pekerja migran terampil terus merosot. Para wirausaha dan pemilik usaha rintisan juga semakin kurang berminat pada Jerman. Pakar migrasi Jerman, Ulrich Kober, menilai penyebabnya karena praktik naturalisasi yang ragu-ragu, lambannya digitalisasi, dan penanganan keberagaman di Jerman.

Adapun menurut Organisasi untuk Kerja Sama Ekonomi dan Pembangunan (OECD), Jerman masih menjadi tujuan menarik bagi pekerja migran terampil dari luar negeri. Masalahnya, banyak migran melaporkan jadi korban rasisme dan diskriminasi

Baca juga: Hadapi Masa Panen, Eropa Butuh Pekerja Migran Judi Bola Resmi

”Kami menerima laporan-laporan pengalaman diskriminatif, terutama ketika mencari tempat tinggal dan di tempat umum. Banyak pekerja migran yang berhasil pindah ke Jerman dan mengalami diskriminasi karena asal-usul mereka,” kata Thomas Liebig dari OECD.

Vanessa Ahuja dari Badan Ketenagakerjaan Federal Jerman yang dikutip Foreign Policy, 22 Maret 2023, menegaskan, Jerman membutuhkan pekerja migran terampil dari negara-negara non-UE. Dia berharap ada 400.000 pekerja migran terampil baru setiap tahunnya. Jerman menghadapi dilema.

Di satu sisi, mereka menjadi negara tujuan utama para pengungsi dari negara-negara berkonflik seperti Afganistan, Suriah, Irak, dan Ukraina. Para pengungsi ini juga membutuhkan pekerjaan, tetapi bukan mereka yang dibutuhkan Jerman. Mayoritas pengungsi yang masuk dianggap bukan pekerja terampil.

Exit mobile version